Menu

welcome

Rawatlah Pasienmu Dengan Ikhlas Dan Penuh Rasa Tanggung Jawab

Senin, 16 April 2012

Askep Katarak


Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pasien  Dengan Katarak


I.       Konsep dasar
A.    Pengertian
                  Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998). Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
                  Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi. (Ilyas Sidarta, 1998)

B.     Etiologi
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
  1. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
  2. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
  3. Katarak komplikata.
  4. Katarak traumatik.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
·         katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
·         katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
·         katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40  tahun
·         katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

a.      Katarak kongenital
                  Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi lahir sampai berusia 1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen.
b.      Katarak juvenil
                        Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena lanjutan katarak kongenital yang makin nyata, penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotowa distrofi,'yang mengenai kedua mata dan akibat trauma tumpul.
c.       Katarak senil
            Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda. Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil.

             
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Besar Iensa
Normal
Lebih besar
Normal
Kecil
Cairan lensa
Normal
bertambah
(air masuk)
Normal
Berkurang
(air + masa
Lensa ke luar)
Iris
Normal
Terdarong
Normal
Trcmulans
Bilik mata depan depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut bilik mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Penyulit
-
Glaukoma
-
 Uveitis
Glaukoma

Tabel Perbedaan stadium katarak

                        Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan.




D.    Stadium katarak
Katarak senil dapat dibagi dalarn 4 stadium, yaitu :
1.      Stadium insipien, di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga akan terlihat biiik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalarn posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
2.      Stadium imatur, di mana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini, terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, biiik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
      Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris positif.
3.      Stadium matur, merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.
4.      Stadium hipermatur, di mana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni). Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka. Pada uji bayangan iris tertihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan tirnbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakolitik.
d.      Katarak traumatik
                        Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan setelah mata tenang akibat trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya.
e.       Katarak komplikata
                        Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.
f.        Katarak sekunder
            Pada tindakan bedah lensa dimana terjadi reaksi radang yang berakhir dengan terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal maka keadaan ini disebut sebagai katarak sekunder. Tindakan bedah yang dapat menimbulkan katarak sekunder adalah sisa disisio lentis, ekstraksi linear dan ekstraksi lensa ekstrakpsular. Pada katarak sekunder yang menghambat masuknya sinar ke dalam bola mata atau mengakibatkan turunnya tajam penglihatan maka dilakukan disisio lentis sekunder atau kapsulotomi pada katarak sekunder tersebut.

E.     Penyebab
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
1.       Primer, berdasarkan gangguan perkernbangan dan metabalisme dasar lensa
2.       Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa,
3.       Komplikasi penyakit lokal ataupun general.

F.     Gejala Klinis
Fase awal
      Penglihatan kabur, penurunan persepsi warna seperti abu-abu, mengeluh bercak hitam di lapang pandang yang ikut bergerak, membaca lebih enak tidak memakai kacamata


 Fase lanjut
      Diplopia, penurunan ketajaman mata, penurunan red reflek mata atau oftalmoskop, pupil seperti susu ( putih ), kadang-kadang ada halo, penglihatan memburuk pada siang hari, atau cahaya terang ( silau ) terutama jika lensa keruh bagian sentral.

G.    Pemeriksaan Diagnostik
    1. Visus ( optotipe snellen)
    2. Pemeriksaan dengan slit lamp
    3. Tonometri
    4. Opthalmoskopi
    5. Pemeriksaan okuler

H.    Diagnosa Banding
    1. Reflek senil
    2. Katarak komplikata
    3. Kekeruhan badan kaca
    4. Ablasoi retina
Ø  Penyulit
Glaukoma sekunder, uveitis fakotoksik atau glaukoma fakotoksik

I.       Penatalaksanaan
Untuk saat ini belum ada cara penanganan katarak dengan menggunakan metode pengobatan saja tanpa tindakan operasi
1.      Pembedahan
Pembedahan pada katarak dapat dilakukan jika tajam  penglihatan menurun dimana pasien tidak lagi dapat menyesuaikan dengan gaya hidupnya, adapun jenis pembedahan yang dapat dilakukan pada katarak adalah  ECCE ( ekstra capsular extraction), ICCE ( intra capsular extraction ), dan jenis PE.
2.      Koreksi lensa
      Dilakukan karena lensa atau isi lensa dikeluarkan maka perlu menggantikannya, yaitu dengan lensa intraokular. Ini yang paling sering. Sedangkan metode lain adalah lensa eksternal, kaca katarakt atau lensa kontak (contact lens).

Tidak ada komentar: